CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Badminton Mania

Jumat, 27 Februari 2009

Nasib Andre Menuju Pelatnas Belum Jelas

Nasib pebulu tangkis tunggal putra Jawa Tengah, Andre Kurniawan, untuk masuk pelatnas di Cipayung, Jakarta, tak ada kejelasan. Pasalnya, PB PBSI belum memberikan tanggapan terhadap desakan dari pengurus provinsi PBSI Jawa Tengah, yang mengharapkan pemain PB Djarum Kudus itu juga dipanggil.

"Kami tetap berusaha agar Andre masuk pelatnas, apalagi untuk tunggal putra sudah berkurang satu, yaitu Taufik Hidayat yang mengundurkan diri. Kami berharap Andre bisa gantikan posisi Taufik di pelatnas karena yang bersangkutan masuk peringkat 18 dunia," ungkap Ketua Umum Pengprov PBSI Jawa Tengah HM Anwari.

PBSI sudah melakukan dua tahap pemanggilan atlet pelatnas 2009. Tetapi nama Andre tak tercantum di dalamnya meskipun peringkat dunia (WBF) Andre lebih tinggi dibandingkan dengan dua tunggal putra yang masuk pelatnas tahap kedua, yaitu Tommy Sugiarto dan Nugroho Andi Saputra.

Ini yang membuat Pengprov Jateng terus berupaya agar Andre bisa masuk pelatnas. Mereka sebenarnya sudah menanyakan tidak masuknya Andre kepada PB PBSI meskipun secara informal, karena menunggu surat pemanggilan atlet pebulu tangkis pelatnas tahap kedua.

"Kalau nanti sudah ada suratnya baru kami akan menanyakan karena Andre memang layak masuk pelatnas, mengingat peringkat dunianya lebih baik dibanding dua tunggal putra yang dipanggil tahap kedua," katanya.

Dalam dua tahap pemanggilan pebulu tangkis pelatnas 2009 ini, sebanyak 15 atlet Jawa Tengah terutama PB Djarum Kudus masuk pelatnas. Mereka terdiri atas sembilan putra dan enam putri untuk tunggal putra-putri, ganda putra-putri, serta ganda campuran.

Ke-15 pebulu tangkis tersebut adalah Maria Kristin (tunggal putri), Nugroho Andi Saputra (tunggal putra), Ryan Sukmawan, Jonatan Suryatama, Muhammad Ahsan, Lingga Lie, Tantowi Ahmad, Fernando Kurniawan (ganda putra).

Kemudian Meiliana Jauhari, Shandy Puspa, Komala Dewi, Debby Susanto, dan Anisa Wahyuni (ganda putri), Frans Kurniawan, serta M. Rijal (ganda campuran).

Maria Kristin Batal Ke All England Akibat Cedera Belum Pulih

Pebulu tangkis tunggal putri nomor satu Indonesia, Maria Kristin, akhirnya batal mengikuti turnamen All England yang akan berlangsung di Birmingham, Inggris, 3-8 Maret, karena cedera lutut kanannya belum pulih.

"Maria tidak berangkat ke All England, kemungkinan hanya mengikuti Swiss Super Series saja," kata Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PBSI Lius Pongoh di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (25/2). Swiss Super Series akan berlangsung setelah All England, yakni pada 10-15 Maret.

Lius memastikan, keputusan batalnya Maria mengikuti turnamen Super Series ketiga tahun ini seusai dokter memeriksa lutut Maria Kristin. Dokter juga memutuskan membawa Maria ke RS Gatot Subroto untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Pelatih tunggal putri Marleve Mainaky mengatakan, Maria masih merasakan sakit pada cedera lututnya saat berlatih tanding secara penuh, Kamis pekan lalu. "Selain itu, kulitnya iritasi juga sehingga dia merasa tidak bisa (bertanding)," kata Marleve.

Peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 ini terakhir kali bertanding pada turnamen Perancis Super Series, dibulan Oktober 2008. Setelah itu dia menjalani proses penyumbuhan cedera lututnya hingga kini.

Sabtu, 21 Februari 2009

Cedera, Kido Batal Tampil di All England

Kekuatan pelatnas bulu tangkis Indonesia semakin berkurang saat menghadapi All England 2009. Itu seiring keputusan PB PBSI untuk mengistirahatkan pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan pada turnamen berhadiah total USD 200 ribu tersebut.

Tanpa Kido/Hendra, pasangan ganda pria hanya menyisakan Rian Sukmawan/Yonatan Suryatama Dasuki dan Bona Septano/Muhammad Ahsan untuk bersaing di agenda ketiga super series yang bakal dihelat mulai 3-8 Maret tersebut. Masing-masing masih berada di urutan ke-15 dan 11 dunia.

Dari hasil MRI (magnetic resonance imaging), dokter pelatnas Michael juga menyarankan Kido beristirahat lebih dahulu karena cedera lutut. Akibatnya, Kido/Hendra juga dipastikan tak akan tampil pada Swiss Super Series yang dilaksanakan tepat setelah All England, yakni 10-15 Maret nanti.

Keputusan itu diterima dengan legawa pelatih ganda pria Sigit Pamungkas. Meski, undian bagi Kido/Hendra cukup menguntungkan. "Drawing memang sangat menguntungkan, tapi kalau dipaksakan, nanti justru tidak kunjung sembuh. Lebih baik mundur selangkah tapi ke depannya maju sejuta langkah daripada sebaliknya," ungkap Sigit.

Sejatinya, cedera itu sudah diderita Kido sejak lama. Namun, dia selalu menahannya. Nah, rasa sakit mulai bertambah saat dia terjun di Indonesia Terbuka dan Piala Thomas 2008 pertengahan tahun lalu. Namun, Kido yang menjadi andalan untuk mempertahankan tradisi emas pada Olimpiade 2008 tak bisa menjalankan pengobatan dengan maksimal. Dia hanya mendapatkan suntikan dari dokter.

Rabu, 18 Februari 2009

Impian Nitya pun Buyar

NITYA Krishinda Maheswari merasa sangat kehilangan ketika Vita Marissa mengundurkan diri. Padahal, dia sudah menyiapkan kamar di Cipayung untuk menyambut seniornya tersebut.

"Cik Vita sendiri yang minta sekamar sama saya. Wah, sama sekali tidak menyangka. Sebab, saya memprediksi akan sekamar sama yang sepantar atau di bawah saya," ungkapnya.

Gadis asal Blitar, Jawa Timur, itu mengaku sampai menyiapkan seprai khusus untuk Vita. Dia merasa perlu memberi sambutan khusus kepada Vita. Sebab, ke depan, dia bermimpi bisa menimba ilmu dari dia.

Pemain yang kini berpasangan dengan Greysia Polii tersebut menyatakan akrab dengan Vita. Kebetulan, hobi mereka sama. Yakni, makan. "Tapi, kalau sekamar, pasti akan berbeda. Sebab, akan lebih banyak waktu bareng-bareng," ujarnya.

Nitya mengidolakan Vita. Alasannya, tak hanya piawai di ganda campuran, Vita juga moncer di ganda wanita. Apalagi, setahun ini, Vita sukses menjadi ganda wanita nomor satu tanah air setelah menembus peringkat lima dunia bersama Liliyana Natsir. Di lapangan, Nitya mengagumi bola-bola sulit yang dimiliki Vita.

Namun, Nitya melihat Vita sebagai manuasia biasa. Sebagai anak dari keluarga broken home, Vita merupakan pemain yang mudah tersentuh. Vita mudah berkaca-kaca dan menangis. "Cik Vita tidak pernah menyerah meski kadang terlihat bahunya sakit. Dia tetap main di dua nomor dan hasilnya juga lumayan," ungkap pemain yang akrab disapa Ndut itu.

Kini Nitya kembali sendiri di salah satu kamar asrama Cipayung. Dia pasrah soal teman sekamarnya kelak.

Saling Serang di Babak Awal

Undian kurang menguntungkan harus diterima beberapa pebulutangkis Indonesia di All England Super Series 2009 yang digelar 3--8 Maret.

Dalam undian yang dirilis kemarin, beberapa pemain harus bertemu rekan sendiri di awal turnamen. Antarsesama pelatnas atau mantan penghuni Cipayung. Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, dan Taufik Hidayat berada dalam satu grup. Praktis, ketiganya harus saling mengalahkan untuk berebut tiket semifinal turnamen berhadiah total USD 200 ribu itu.

Simon Santoso, tunggal pria pelatnas Cipayung itu tercatat paling banyak menghadapi pemain unggulan. Di putaran pertama, pemain asal Tegal, Jawa Tengah, itu sudah dihadang andalan Denmark, Peter Gade, unggulan keempat.

Simon yang kini nangkring di posisi ke-10 dunia tak akan mudah menghadapi Gade. Terakhir, di Korea Terbuka Super Series Januari lalu, Gade menang tanpa perlu bekerja karena Simon mundur dengan alasan sakit.

Jika sukses melewati tantangan perdana itu, Simon ditunggu pemenang antara wakil Malaysia Sairul Amar Ayob kontra Ng Wei (Hongkong). Kemudian di perempat final, dia harus menghadapi pemain nonpelatnas Taufik Hidayat.

Tentu saja, Taufik yang berada di peringkat ketujuh dunia itu harus menang lebih dulu atas Yu Hsin Hsieh (Taiwan) di putaran pertama. Kemudian memenangi antara Anand Chetan (India) dan Andrew Smith (Inggris).

Menghadapi Gade, Simon bertekad bisa mengulang sukses di Denmark Terbuka 2008. ''Ini saatnya bagi saya untuk menunjukkan kemampuan. Pada PBSI saya harus menjawab tantangan pengurus bahwa turnamen ini menjadi salah satu even evaluasi pemain," ujar Simon tadi malam.

Turnamen bulu tangkis tertua di dunia yang dinilai prestisius itu tampaknya juga mempengaruhi Simon untuk berbuat maksimal. Meskipun hadiah yang ditawarkan lebih kecil dibanding Korea Super Series (USD 250 ribu) atau Indonesia Terbuka Super Series (USD 300 ribu).

Tak berbeda dengan Simon, Sony Dwi Kuncoro juga optimistis meski drawing kurang menguntungkan. ''Ini turnamen yang menjadi bidikan utama tahun ini. Kondisi saya juga sedang prima," ujar Sony, peringkat kelima dunia. Apalagi, kini dia tak lagi terganggu cedera dan sakit seperti saat menghadapi trunamen-turnamen sebelumnya.

Bahkan, Sony mengaku sudah menyiapkan strategi menghadapi Chong Wei, unggulan pertama. ''Saya yakin bakal ramai. Karena semua pemain top datang semua," katanya. Tiongkok sudah menurunkan pemain andalannya dalam agenda ketiga super series 2009 ini. Lin Dan menjadi unggulan kedua diikuti Chen Jin yang juga dari Negeri Panda itu.

Selain Sony dan Simon, Indonesia menerjunkan Tommy Sugiarto yang harus merangkak melalui kualifikasi. Di tunggal wanita, Merah Putih diperkuat tiga wakilnya. Begitu pula ganda pria. Sedangkan di sektor ganda wanita dan ganda campuran, hanya dua pasang pelatnas yang ikut.

Nova Ingin Ulangi Prestasi Christian/Imelda

Pemain ganda campuran Nova Widianto menyatakan harapannya mengakhiri paceklik gelar ganda campuran di turnamen "All England" yang sudah berlangsung selama 30 tahun.

"Persiapan bagus, mudah-mudahan bagus juga hasilnya," kata Nova Widianto di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Rabu, mengenai persiapannya bersama Liliyana Natsir untuk berlaga pada turnamen All England, 3-8 Maret.

Menurut dia, Indonesia sudah lama tidak meraih gelar ganda campuran, yaitu sejak Christian Hadinata-Imelda Wiguna meraihnya pada 30 tahun lalu.

Meski demikian, pasangan runner-up kejuaraan yang sama tahun lalu yang menjadi unggulan pertama itu mewaspadai kemungkinan pertemuan dengan pasangan China Xie Zhongbo/Zhang di perempat final. "Terakhir kami kalah dua kali dari mereka, di China Masters dan Hong Kong Terbuka 2008," ujar Nova mengenai pasangan China peringkat sembilan dunia tersebut.

China tidak menurunkan tim nasionalnya pada Final Super Series akhir tahun lalu dan dua turnamen Super Series pertama 2009, Malaysia dan Korea Terbuka, untuk melaksanakan pemusatan latihan selama tiga bulan. All England akan menjadi turnamen pertama tim Negeri Tirai Bambu itu turun dengan kekuatan penuh.

Nova mengatakan, persiapan yang bagus dan masa penyesuaian yang cukup karena datang lebih awal—tim Indonesia akan berangkat ke Inggris pada 27 Februari—akan membuat mereka lebih siap bertanding.

Sementara pasangan Rian Sukmawan/Yonatan Suryatama bertekad membalas kekalahan dari ganda Malaysia, unggulan keempat, Mohd Zakry Abdul Latif/Mohd Fairuzizuan Mohd Tazari yang akan mereka hadapi pada putaran pertama. "Mereka mengalahkan kami di Singapura Terbuka," ujar Rian mengenai satu-satunya pertemuan dengan ganda Malaysia itu.

Rian/Yonatan bersama Bona Septano/Muhammad Ahsan kemungkinan akan menjadi tumpuan harapan ganda putra menyusul ketidakpastian keberangkatan pasangan peringkat dua dunia Markis Kido/Hendra Setiawan, karena cedera lutut kiri Kido hingga saat ini masih belum pulih.

Namun, Rian enggan memasang target muluk-muluk pada turnamen All England keduanya bersama Yonatan. "Yang penting bisa melewati babak pertama dulu, kalau menang mudah-mudahan selanjutnya lebih ringan," katanya.

All England dan Swiss Terbuka akan menjadi dua turnamen pertama PB PBSI memberlakukan sanksi tidak mengirim pemain yang tidak mencapai target dalam dua turnamen berturut-turut.

Menurut Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PBSI Lius Pongoh, jika pemain atau pasangan dua kali berturut-turut tidak mencapai target, mereka harus mengikuti latihan selama 1,5 bulan dan tidak akan dikirim mengikuti turnamen. "Tetapi proses (perjuangan pemain) dalam pertandingan juga menjadi pertimbangan," ujar Lius.

Ia mengatakan, pada All England kali ini, Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso ditargetkan mencapai semifinal, sedangkan Nova/Liliyana dan Kido/Hendra menjadi juara.

Rabu, 11 Februari 2009

Karena Vita Ranking Bawah

KETIKA bangun tidur kemarin, Vita Marissa masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri. ''Antara yakin dan tidak yakin untuk menyerahkan surat pengunduran diri ini," katanya saat ditemui di Pusat Bulu Tangkis PB PBSI Cipayung, Jakarta Timur, kemarin.

Maklum, gadis 28 tahun itu sudah 12 tahun tinggal di pelatnas. Namanya kini berjajar di antara pemain papan atas dunia. Di ganda wanita --bersama Liliyana Natsir-- Vita masih nangkring di urutan lima dunia per 5 Februari lalu.

Itu sekaligus membuktikan, dia masih yang terbaik di nomor tersebut. Di ganda campuran, bersama Flandy Limpele, Vita juga berada di urutan ke-20 dunia meski sudah resmi cerai usai Olimpiade Agustus lalu. Dengan kenyataan itu, Vita berharap kontrak barunya, naik 20 persen dari Rp 400 juta per tahun yang diterimanya semasa periode Sutiyoso.

Namun, PB PBSI keberatan. ''Mereka beralasan sekarang ranking saya di bawah. Lagipula saya tak akan turun di ganda wanita lagi tahun ini," ungkap Vita yang menemui pelatih ganda campuran Richard Mainaky untuk meminta tanda tangan surat pengunduran diri di Cipayung. Dia sengaja datang setelah pemain pelatnas selesai berlatih.

Memang, bersama Muhammad Rijal, Vita harus merangkak dari bawah lagi. Setelah lima bulan berpasangan, Vita/Rijal berada di peringkat ke-44 dunia. Penggantian pasangan itu keputusan PB PBSI, bukan keinginan Vita.

Ternyata, perceraian Vita/Flandy mempengaruhi nilai kontrak. ''Memang tidak turun. Tapi, kenapa tidak bisa naik?'' tanya Vita. ''Toh, kalau mau cari save, dalam nilai uangnya, mending tidak saya ceraikan Flandy. Saya pasti bisa sampai semifinal atau final sekaligus," ujar juara Singapura Terbuka 2007 itu.

Dia mengaku baru kali ini protes PB PBSI menyangkut kontrak. Sebelumnya, dia hanya pasrah. Termasuk, saat PB PBSI memberi kontrak Rp 2,5 juta sebulan saat dia cedera bahu kanan pada Malaysia Terbuka 2004.

''Sisa waktu saya di sini tidak lama. Paling lama dua tahun lagi. Tapi, ternyata PBSI tidak bisa mengakomodir keinginan saya,'' katanya. ''Ini bukan ancaman. Saya siap bertahan, tapi saya tidak mau berdebat lagi. Seharusnya mereka sebagai bapak di sini tahu bagaimana kondisi pemain," lanjut Vita. Matanya berkaca-kaca. Jika PB PBSI melepasnya, Vita memilih break dulu. "Saya tetap akan bermain bulu tangkis. Tapi, saya akan chek up kondisi bahu saya,'' katanya.

Tiga Pemain Mundur

Gejolak di pelatnas PB PBSI tidak otomatis reda setelah kemelut Markis Kido bersaudara beres. Sebab, tiga pemain lain mengirim surat pengunduran diri dari pelatnas utama.

Mereka, Vita Marissa yang mengajukan surat pengunduran diri kepada PB PBSI kemarin. Sehari sebelumnya, pasangan baru Hendra Aprida Gunawan/Alvent Yulianto mengirimkan surat serupa.

Alasannya mereka sama, tidak adanya kecocokan nilai kontrak. Padahal, pertemuan Vita dengan pengurus sudah berlangsung tiga kali. Pertama dilaksanakan sebelum Vita berangkat menuju Malaysia Terbuka Super Series awal Januari lalu.

Karena belum ada titik temu, negosiasi dilaksanakan usai Korea Terbuka Super Series. Tapi, karena kesibukan, pengurus baru Jumat (6/2) bisa bertatap muka dengan pemain. Itu pertemuan kedua. Senin lalu, Vita kembali duduk satu meja dengan pengurus.

Namun, dalam forum itu tetap tidak tercapai kesepakatan. Vita berharap kontraknya naik 20 persen dari sebelumnya, Rp 400 juta per tahun.

Kabid Binpres PB PBSI Lius Pongoh belum bisa menanggapi pengunduran tiga pemain pelatnas itu. ''Surat pengunduran Vita baru saya terima. Kalau persoalannya uang kontrak, Vita tidak pernah ngomong minta naik berapa," kilahnya. Sebaliknya, pengurus sudah menjelaskan kontrak pemain plus nilai yang bakal diterima.

Sebenarnya, PB PBSI tidak pernah menutup kesempatan para pemain untuk berbicara. ''Pak Djoko (Ketum PB PBVSI Djoko Santoso, Red.) selalu bilang kami harus demokratis," kata Lius. Namun, dia juga bersikukuh bahwa keputusan tetap akan di tangan pengurus.

Pihaknya juga tak melibatkan pelatih menyangkut persoalan kontrak pemain itu. Dia menilai pemain sudah cukup dewasa untuk menilai dan memutuskan sendiri.

Pelatih ganda campuran pelatnas PB PBSI Richard Mainaky kecewa dengan sikap PB PBSI itu. ''Kalau begini jadinya, rusak semua rencana saya ke depan. Utamanya untuk regenerasi," ujarnya.

Dia memastikan, ganda campuran akan kehilangan satu generasi. Pasangan terbaik memang Nova Widianto/Liliyana Natsir. Namun, Vita diharapkan dapat menarik kemampuan Muhammad Rijal agar bisa mendekati kualitas Nova. Kalau tidak dilakukan regenerasi secepatnya, ganda campuran ketiga, Devin Lahardi/Lita Nurlita, masih cukup jauh gap-nya.

Pelatih ganda pria pelatnas Sigit Pamungkas tak kalah kecewa. Dia kehilangan ganda senior yang diharapkan bisa membantu pematangan pemain muda di pelatnas.

Kabar Gembira, Markis dan Dua Adiknya Kembali ke Pelatnas

Kekhawatiran masyarakat pencinta bulu tangkis di Tanah Air bahwa Indonesia bakal kehilangan ganda putra nomor satu dunia, Markis Kido/Hendra Setiawan, akhirnya sirna. Pasalnya, Markis yang sebelumnya mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung akhirnya kembali bergabung dengan rekan-rekannya.

Hal ini terjadi karena Markis menerima tawaran kontrak dari PBSI. Setelah melakukan pembicaraan kembali dengan perantara Kasubid Kepelatihan PB PBSI Retno Kustiyah yang juga Ketua Harian PB Jaya Raya (tempat Markis bernaung), dia memutuskan untuk menarik kembali keputusannya yang mengejutkan itu (mengundurkan diri).

Tak hanya Markis. Kedua adiknya, yakni Bona Septano dan Pia Zebadiah juga mengikuti jejak kakaknya untuk kembali masuk pelatnas. Alhasil, setelah menyetujui pembicaraan dengan PBSI, mereka bertiga langsung tampak lagi pada sesi latihan, Selasa (10/2) pagi, dan bergabung dengan rekan-rekannya yang lain.

"Jadi sekarang total pemain di pelatnas ada 35 orang dari pemanggilan tahap pertama dan kedua. Pada tahap pertama, PBSI memanggil 22 pemain namun dua di antaranya, Taufik Hidayat dan Vita Marissa, mengundurkan diri, sedang pada tahap kedua, PBSI memanggil 17 pemain dan hanya 15 yang masuk karena Alvent dan Hendra AG memutuskan keluar," ungkap Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Lius Pongoh.

Dengan demikian, sejauh ini hanya empat orang yang memutuskan untuk mundur dari pelatnas, yakni Taufik Hidayat, Hendra AG, Alvent Yulianto, dan Vita Marissa. Menurut Lius, saat ini PBSI masih mencari pengganti pemain-pemain yang mundur tersebut, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan.

Kembalinya Markis dan dua orang adiknya itu tentu saja menjadi kabar gembira bagi dunia perbulutangkisan Indonesia. Sebab, tenaga tiga orang itu sangat dibutuhkan untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

Markis yang berpasangan dengan Hendra merupakan ganda putra nomor satu dunia. Pada Olimpiade Beijing bulan Agustus lalu, mereka mempersembahkan medali emas bagi Indonesia.

Sementara itu, Pia yang tampil memesona pada Piala Uber 2008 lalu merupakan pemain masa depan untuk nomor tunggal putri. Dia bakal menjadi pelapis pemain nomor satu Indonesia, Maria Kristin.

Sebelumnya, pada 6 Februari lalu tiga pemain yang bernaung di bahwa bendera klub Jaya Raya itu memutuskan mundur dari Pelatnas. Mereka melakukan hal yang mengagetkan itu karena tak ada kata sepakat tentang kontrak yang disodorkan PBSI.

Minggu, 08 Februari 2009

Taufik Hidayat , Bad Boy yang Sekaligus Golden Boy PB PBSI

Kini Dia Memilih Terbang Sendiri 

Banyak prestasi yang sudah ditorehkan Taufik Hidayat bagi Indonesia. Sekarang dia memilih tak lagi berada di pelatnas. Regenerasi menjadi alasan dia mengambil keputusan tersebut. 

Tak seperti biasa, Taufik Hidayat menggunakan lapangan latihan jauh dari pintu masuk Pusat Bulu Tangkis PB PBSI di Cipayung, Jakarta Timur. Dia juga tak berlatih dengan sesama tunggal pria.

Justru, dia bergabung dengan para pemain ganda di sudut lain. Tak disangka, itu menjadi kali terakhir Taufik mengayunkan raket di pelatnas Cipayung. Kali terakhir berlatih bersama rekan-rekan sesama pelatnas. Menjadi bagian dalam tim elite bulu tangkis tanah air selama 12 tahun dilakoninya.

Kabid Binpres PB PBSI Lius Pongoh menyatakan, Taufik sudah memberikan keterangan resmi tak masuk pelatnas. Namun, Taufik masih enggan memberikan keterangan.

Barulah sehari kemudian (30/1), dia membenarkan pernyataan itu. ''Ya, kemarin menjadi waktu terakhir saya berlatih di pelatnas. Saya akui itu berat. Tapi, mungkin itu yang terbaik bagi saya dan (PB) PBSI,'' ucap Taufik membuka percakapan.

Bukan tak disengaja, Taufik mengadakan acara siang itu. Dia tak ingin namanya hilang begitu saja seperti para mantan atlet yang tak diingat meski memiliki karir mendunia semasa menjadi atlet.

Pernyataan itu sekaligus menegaskan langkah Taufik setelah sebulan lalu dipinang PB PBSI untuk kembali bergabung di pelatnas. Karir Taufik di pelatnas memang cukup panjang.½Selama 12 tahun, dia bergaung di sana. 

''Itu proses panjang dan berliku-liku,'' imbuh dia. Rabu siang itu digunakannya untuk berpamitan kepada pengurus yang ada, Lius, dan Kasubid Pelatnas Christian Hadinata serta seluruh karyawan mulai cleaning service hingga tukang cuci. ''Tapi, belum semuanya bisa saya pamiti. Kemarin tidak sempat mengumpulkan semua,'' ucapnya.

Ami Gumelar, istri Taufik, tak menyangkal malam sebelumnya, sepulang dari pelatnas, suasana di kediaman mereka sangat tegang. ''Taufik menceritakan saat-saat terakhirnya di pelatnas dengan berkaca-kaca. Tapi, semua ini harus kami hadapi bersama. Ini sudah wacana lama, bukan keputusan emosional,'' ucap Ami.

Taufik memang tumbuh dan besar di sana setelah bergabung dengan PB SGS Elektrik Bandung. Berbagai prestasi prestisius, sikap kontroversial hingga kisah cintanya terukir di sana.

Mulai menjadi ketua panitia Idul Adha, ketua panitia 17-an, sampai harus berjuang memperebutkan gelar juara Olimpiade serta kejuaraan dunia pernah menjadi kewajiban yang diemban Taufik. Medali emas Olimpiade itu pula yang membuat Taufik sudah ingin gantung raket.

Di usia emasnya kala itu, pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1981, tersebut sudah berpikir mundur. ''Saya sudah berkonsultasi dengan orang tua, tapi mereka minta saya meneruskan dulu. Seiring berjalannya waktu, saya ternyata masih bisa memberikan prestasi untuk bangsa Indonesia,'' kenangnya.

Setelah Olimpiade itu, Taufik justru menjadi tumpuan Indonesia. Setahun kemudian, dia menjadi juara dunia. Lantas, Asian Games juga masih dikuasainya. ''Sekaranglah waktu yang tepat. PBSI butuh regenerasi, utamanya tunggal pria,'' jelas Taufik.

Dia juga membenarkan tak dipanggilnya Mulyo Handoyo, pelatih Taufik, ke pelatnas menjadi salah satu penyebab kebulatan tekadnya meninggalkan pelatnas. ''Tapi, bukan alasan pertama atau kedua. Karir Pak Mulyo masih lama, sedangkan saya sebagai pemain ada batasnya,'' ungkap Taufik.

Juara enam kali Indonesia Terbuka itu masih bertekad menekuni bulu tangkis. Minimal delapan super series bakal dilakoni.

Nah, di luar sana, Taufik tetap akan menggandeng manajemen yang dibentuk oleh teman-teman dan keluarganya. Untuk itu, ayah Natarina Alika Hidayat tersebut harus siap bekerja lebih keras.

Maklum, semua biaya akomodasi, transportasi, dan pendaftaran menjadi tanggung jawabnya. Begitu pula tempatnya berlatih.

''Justru itulah yang menjadi motivasi agar saya berprestasi lebih baik. Masa emas saya sudah lewat.�Kini tinggal bagaimana saya memelihara yang saya miliki,'' tegas Taufik.

Meski tak lagi masuk pelatnas, Taufik tidak akan meninggalkan Indonesia. Dia tetap akan membawa bendera Merah Putih dalam tiap turnamen yang diikuti.

''Keluarga kami sangat Merah Putih. Tidak mungkin Taufik berganti warga negara,'' tegas Ami.(femi diah/diq)

Biodata
Nama: Taufik Hidayat
Lahir: Bandung, 10 Agustus 1981
Postur: 176 cm/64 kg
Klub: SGS Bandung
Orang tua: Aris Haris/Enok Dartilah
Istri: Armidianti Gumelar
Anak: Natarina Alika Hidayat
Hobi: Sepak bola
Masuk Tim Thomas: 2000, 2002, 2004, 2006, 2008
Masuk Tim Sudirman: 1999, 2001, 2003, 2005, 2007

Prestasi: 
- 6 kali juara Indonesia Terbuka, 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, 2006
- 2 kali juara Piala Thomas, 2000, 2002
- 3 kali juara Asia, 2000, 2004, 2007
- 2 kali emas Asian Games, 2002, 2006
- Emas Olimpiade 2004
- Juara Dunia 2005
- 2 kali juara Singapura Terbuka, 2001, 2005
- Juara Malaysia Terbuka 2000
- Juara Makau Terbuka 2008
- Juara Brunei Terbuka
- Emas SEA Games nomor perorangan dan beregu 2007
- 2 kali runner-up All England 1999, 2000
- Runner-up Prancis Terbuka 2008

Penghargaan
- Termasuk 100 besar atlet paling top di Beijing versi Times (peringkat ke-48)
- Warga negara kehormatan Yunani 2006

- Bintang jasa utama 2005
- Lion Award 2005
- Pemain terbaik versi IBF (sekarang BWF) 2006
- Termasuk 10 besar atlet terbaik dunia 2006

Markis Kido Tinggalkan Pelatnas

Juara ganda putra Olimpiade Beijing, Markis Kido, bersama kedua adiknya, pemain ganda putra Bona Septano dan tunggal putri Pia Zebadiah, memutuskan keluar dari pelatnas setelah tidak mencapai kesepakatan kontrak dengan PB PBSI.
   
"Betul (keluar) karena tidak sepakat mengenai uang kontrak. Awalnya adik-adik saya yang mundur duluan, terus saya juga tidak sepakat, ya sudah keluar semua," ujar Kido yang dihubungi di Jakarta, Jumat malam. Ia tidak menyebutkan secara rinci nilai kontrak yang diharapkan.

Hal senada disampaikan adik Kido, Pia, yang mengaku kecewa dengan sikap PB PBSI. "Saya kecewa pada PBSI mengenai masalah kontrak karena, tidak ada kesepakatan, konsekuensinya keluar (dari pelatnas)," kata Pia yang belum memikirkan langkah selanjutnya.

Sejak Jumat siang hingga petang, PB PBSI melakukan penyelesaian masalah kontrak dengan sejumlah atlet yang sudah dipanggil masuk pelatnas tahap pertama, tetapi belum mencapai kesepakatan. Pembicaraan dilakukan dengan memanggil para pemain satu demi satu atau berdua bersama pasangannya untuk yang ganda, setelah sebelumnya diberi nomor urut.  

Selain Kido dan adik-adiknya, ada juga pemain tunggal Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, ganda campuran Nova Widianto dan Liliyana Natsir, Vita Marissa, Hendra Setiawan, dan beberapa pemain senior lainnya.

Beberapa pemain yang sudah mencapai kata sepakat dengan PBSI di antaranya adalah Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, dan Hendra Setiawan (pasangan Markis Kido).

Pada 29 Januari lalu, pebulu tangkis tunggal putra juara Olimpiade Athena, Taufik Hidayat, juga menyampaikan surat pengunduran diri dari pelatnas setelah menghuni asrama Cipayung selama 12 tahun.

Meski menyatakan bukan penyebab utama, Taufik memastikan bahwa tidak dipanggilnya pelatih dia, Mulyo Handoyo, masuk pelatnas sebagai salah satu pertimbangannya meninggalkan pelatnas.

14 Pemain PB Djarum Masuk Pelatnas Cipayung

SEMARANG, RABU - Sebanyak 14 pebulu tangkis PB Djarum Kudus berhasil masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) 2009 di Cipayung, Jakarta Timur. Ini terjadi setelah pada tahap kedua tujuh pemain dipanggil PB PBSI.

Ketua PB Djarum Kudus FX Supandji mengatakan, dari 22 pemain pada pemanggilan tahap pertama pertengahan Januari, ada tujuh pemain dari klub ini yang masuk. Mereka adalah Maria Kristin (tunggal putri), Muhammad Ahsan, Jonathan Suryaatmadja, Ryan Sukmawan (ganda putra), Shandy Puspa, Meliana Jauhari (ganda putri), serta Muhammad Rijal (ganda campuran).

Pada pemanggilan tahap kedua yang berjumlah 18 pemain, PB Djarum kembali menyumbang tujuh pemain. Mereka adalah Nugroho Adi Saputro (tunggal putra), Lingga Lie, Fernando Kurniawan (ganda putra), Anisa Wahyuni, Komala Dewi, Debby Susanto (ganda putri), serta Fran Kurniawan (ganda campuran).

Meskipun demikian, Ketua Umum Pengprov PBSI Jawa Tengah HM Anwari masih berharap satu pebulu tangkis tunggal putra dari PB Djarum, Andre Kurniawan, juga bisa masuk. Menurutnya, Andre memiliki ranking dunia yang lebih bagus dibandingkan tiga tunggal putra yang dipanggil PBSI tahap kedua, yaitu Tommy Sugiarto, Nugroho Adi Saputro, dan Yoga Pratama.

"Terus terang kami kecewa Andre tidak dipanggil masuk pelatnas karena dari sisi peringkat dunianya dia lebih tinggi dari tiga tunggal putra yang dipanggil masuk pelatnas tahap kedua," kata Anwari.

Menurutnya, kriteria pemanggilan atlet masuk pelatnas itu perlu dipertanyakan. Karena itu, dia bakal membicarakan hal tersebut kepada ke PB PBSI.

Andre diharapkan bisa menggantikan posisi Taufik Hidayat yang mengundurkan diri dari pelatnas.

Minggu, 01 Februari 2009

Selalu Ada Dukungan Untuk Taufik

meskipun telah resmi keluar dr naungan PB PBSI. Taufik Hidayat yang telah memberikan segudang prestasi nya dalam dunia bulutangkis tetap mendapat banyak dukungan dari pecinta bulutangkis dunia. Hal itu terbukti lewat dukungan serta semangat yang terus berdatangan dan tertulis dalam official website Taufik ( www.taufik-hidayat.com ).

Surat pernyataan dari Taufik Hidayat pada 31 Januari lalu membuat hati setiap pecinta bulutangkis menjadi terharu sekaligus bangga.

Terima kasih Taufik, Teruslah Berjuang Demi Tanah Air Indonesia.



Admint



Anggie ( Bini x Kohend )

Selalu Ada Dukungan Untuk Taufik

Surat Pernyataan Taufik

Jakarta, 30 Januari 2009

12 Tahun sudah saya mengalami berlatih, bermain, dan hidup di kompleks bulutangkis tercinta, Cipayung. Selama kurun waktu itu pula PB PBSI memberikan saya kesempatan untuk berbagi suka dan duka, merasakan kekalahan serta kemenangan. PB PBSI sebagai induk organisasi bulutangkis tertinggi di Indonesia telah mengajarkan saya banyak hal; tentang solidaritas, tentang jiwa besar, tentang kemandirian, tentang menyikapi baik dan buruk, serta yang paling utama adalah ajaran mengenai kebanggaan dengan harga diri yang tinggi saat memandang Bendera Merah Putih berkibar jauh di ujung tiang tertinggi, karena Menang adalah Sikap.

Solidaritas, kebersamaan dan ikatan batin yang terjalin antara saya dengan lingkungan di Pelatnas sangat tinggi. Kami berbagi banyak hal dan bermacam peristiwa kekalahan dan kemenangan. Setelah 12 tahun berada di Pelatnas, pada akhirnya semuanya sudah tidak terasa seperti hubungan pekerjaan, namun lebih seperti sebuah keluarga besar.

Untuk meninggalkan keluarga saya di Cipayung bukan hal yang mudah. Akan tetapi dengan maksud untuk mendorong regenerasi atlit yang berada dalam lingkup PB PBSI, Maka saya mengambil keputusan untuk bermain sendiridi luar naungan PB PBSI. Dengan harapan akan terciptanya estafet supremasi dan dapat mendorong ''beban'' akselerasi prestasi junior-junior saya. Mereka juga berhak mendapatkan kepercayaan untuk menjadi tumpuan harapan, seperti yang juga pernah saya alami. Saya harapkan bahwa dengan tanggung jawab yang lebih besar, mereka akan lebih termotivasi untuk menjadi yang terbaik.

Apabila dilihat dari umur dan pencapaian yang telah saya hasilkan selama ini, mungkin ini merupakan saat yang tepat bagi saya untuk bermain sendiri di luar Pelatnas. Rencana yang sudah menjadi wacana ini pada akhirnya dapat terwujud pada saat kredibilitas karir saya masih terbilang bagus. Hal ini mengingat pengalaman para senior, yang pada akhirnya dikondisikan untuk mengundurkan diri saat prestasinya pudar atau cidera. Hal ini membuat saya harus berpikir positif dan efektif untuk masa depan saya dan keluarga.

Namun demikian, tidak dapat dipungkiri fakta bahwa Saya menjadi Saya sekarang ini juga berkat dukungan PB PBSI. Terima Kasih yang tiada habisnya saya haturkan kepada PB PBSI beserta seluruh jajarannya, yang selama ini telah menjadi salah satu bagian terbesar dalam perjalanan hidup saya.

Dimanapun saya berada, saya akan berjuang demi harkat dan martabat Indonesia, karena Saya percaya, bahwa bukan ''Dimana'' saya berjuang, tetapi untuk ''Siapa'' saya tetap berjuang akan selalu seiring dengan misi dari PB PBSI sendiri, yaitu bagi Negara Indonesia.

Untukmu Indonesiaku,

Taufik Hidayat

(Sumber: Taufik-Hidayat.com)

Dobel Bebab All England

JAKARTA - All England adalah turnamen spesial bagi setiap pebulutangkis profesional. Termasuk, para pebulutangkis Indonesia. Selain sebagai turnamen tertua, di even tersebut nama Indonesia pernah harum melalui Rudy Hartono dengan delapan gelar juaranya.

Tidak berlebihan jika dalam setiap penyelenggaraan All England, PB PBSI selalu memberikan perhatian khusus. Bahkan, tahun ini bisa dibilang punggawa pelatnas Cipayung akan mendapatkan beban ganda ketika di terjunkan ke All England pada 3 Maret nanti.

PB PBSI menargetkan para pemain Cipayung mengakhiri puasa gelar di All England. Kali terakhir gelar juara direbut oleh pasangan Candra Wijaya/Sigit Budiarto pada 2003.

Tidak hanya itu, mereka dibebani penilaian PB PBSI. sebagaimana diketahui, pemain pelatnas diwajibkan memenuhi setiap target yang ditentukan pelatih ketika dikirim ke even internasional. Jika dalam dua kesempatan itu target tersebut tidak tercapai, mereka akan diistirahatkan. Dalam arti, mereka hanya bakal berlatih di Cipayung tanpa mengikuti kejuaraan internasional sampai dianggap layak untuk kembali dikirimkan.

''Penilaian akan berlaku setelah All England dan seterusnya,'' kata Kabid Binpres PB PBSI Lius Pongoh kemarin (22/1).

Sejak awal tahun ini, sebenarnya, sudah ada dua even super series yang diikuti para pemain pelatnas, Malaysia Terbuka dan Korea Terbuka. Dari sana, hanya satu gelar juara yang dibawa pulang, yakni melalui pasangan ganda campuran Nova Widianto/lilyana Natsir.

Tentu saja itu hasil yang kurang memuaskan bagi para pemain Cipayung yang berlabel pebulutangkis kelas dunia. Namun, mereka belum terkena peraturan tersebut karena partisipasi di sana bukan program PB PBSI. Para pemain berangkat dengan biaya sendiri.

''Kalau mereka mau bayar sendiri, apa iya kita mau mencegah keinginan mereka. Tidak bisa begitu bukan. Makanya, tidak adil kalau mereka langsung dinilai,'' terang Lius.

All England dipilih sebagai turnamen awal penilaian karena para pemain sudah harus menjalani program yang diberikan pelatih mulai Senin lalu. Pekan ini mereka juga diwajibkan mengikuti beberapa tes fisik dan psikologis. ''Saya rasa, satu bulan sudah cukup menjadi waktu untuk persiapan anak-anak,'' ujar Lius. (vem/ang)

(Sumber: Jawapos.co.id)